Pelayanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, saat Prof. Dr. dr. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita disabilitas, yaitu penderita buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri Kesehatan mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr.Kariadi Semarang, yang merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation Unit (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta.
Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa PELITA II, diputuskan untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah baik tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit Rehabilitasi Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Menteri Kesehatan menaruh perhatian untuk memajukan pelayanan Kedokteran Rehabilitasi. Dalam rangka meningkatkan pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri Kesehatan mulai mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti pendidikan menjadi Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Department Physical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo Tomas di Manila, Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil menjadi spesialis KF & R dari Universitas tersebut.
Pelantikan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Pertama 1987
Beberapa lulusan tersebut mulai mendirikan Organisasi Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia yang diberi nama IDARI (Ikatan Dokter Rehabilitasi Medik Indonesia) pada bulan Februari 1982, pada saat Seminar untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang Rehabilitasi Medik di Jakarta. Ketua IDARI pertama adalah Dr. A.R. Nasution yang dilantik oleh Dr. I.G. Brataranuh, Dirjen Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu mulailah dibicarakan mengenai pelaksanaan penerimaan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
Terbentuknya PERDOSRI
Sejak awal berdirinya, IDARI berjuang untuk mendapat penerimaan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Perjuangan ini dimulai pada Muktamar IDI ke XX tahun 1988 di Surabaya dan Muktamar IDI ke XXI tahun 1991 di Yogyakarta. Diawali dengan surat Ketua Majelis Dokter Spesialis IDI tanggal 12 Maret 1990, No. 006/MDSp/III/90 tentang Pengakuan IDARI, kepada Ketua PB IDI, maka diterbitkan SK PB IDI tanggal 18 Oktober 1990, No. 265/PB/A.4/10/90 Tentang Pengukuhan Sementara Perhimpunan Profesi Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik.
Akhirnya pengakuan resmi dilaksanakan pada Muktamar IDI ke XXI bulan Oktober 1991 di Yogyakarta Melalui Ketetapan Muktamar XXI Ikatan Dokter Indonesia No. 9/Mukt.IDI XXI/1991 IDARI menjadi anggota IDI. Dan sebagai konsekuensi, semua Perhimpunan dokter dibawah IDI tidak bileh menggunakan nama IKATAN, maka nama Ikatan Dokter Ahli Rehabilitasi Medik (IDARI) diganti menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia (PERDOSRI).
Domisili kepengurusan PERDOSRI sampai dengan tahun 1994 berada di Jakarta, pada periode 1998 - 2001 diputuskan bahwa kantor Sekretariat berada di 2 kota yaitu Jakarta dan Surabaya. Dan semakin banyaknya lulusan baru Spesialis Rehabilitasi Medik menjadikan PERDOSRI semakin berkembang di kota-kota lainya. Hal inilah yang kemudian mendasari dibentuknya cabang - cabang baru. pada awalnya, jumlah cabang PERDOSRI hanya 4 (empat) yaitu Cabang Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pada Tahun 2004, PERDOSRI bertambah jaya dengan adanya cabang baru yaitu PERDOSRI Cabang Bali (SK No. 06/SKep/PBPERDOSRI/XI/04) dan PERDOSRI Cabang Sulawesi Utara dengan SK PERDOSRI No. 09/SKep/PB.PERDOSRI/XII/04.
Diperiode Kepengurusan 2004 - 2007, PERDOSRI mantap memutuskan perubahan nama/sebutan terkait dengan organisasi, yaitu:
Sebutan Keilmuan: Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Sebutan Nama Perhimpunan Profesi: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, singkatan PERDOSRI
Sebutan Nama Kolegium: Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia
Sebutan Nama Program Studi: Program Pendidikan Spesialis, Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (PPDS - IKFR)
Sebutan Gelar: Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR) atau Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik (Sp.KFRM)
Perluasan cabang kembali terjadi pada masa kepemipinan Ketua PB PERDOSRI dibawah dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.KFR(K) dengan dikeluarkannya SK No. 008/SK/PB.PERDOSRI/XII/2014 Tentang Perluasan Cabang dan PEmbentukan Cabang Baru PERDOSRI, dimana area PERDOSRI JAYA cakupannya menjadi DKI Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi.
Adapun Nama Ketua PERDOSRI JAYA dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
data ketua PERDOSRI JAYA:
Periode 1990-1994: dr. Albert Hutapea, Sp.KFR
Periode 1994-1998: dr. Hari Hartoyo, Sp.KFR
Periode 1998-2001: dr. Peni Kusumastuti, Sp.KFR(K)
Periode 2001-2004: dr. Anita Ratnawati, Sp.KFR(K)
Periode 2004-2007: dr. Rosiana Pradanasari Wirawan, Sp.KFR(K)
Periode 2007-2010: dr. Sudarsono, Sp.KFR
Periode 2010-2013: dr. Sudarsono, Sp.KFR
Periode 2013-2017: dr. M. Ichwanus Shofa, Sp.KFR
Periode 2017-2020: dr. Alex Saefullah, Sp.KFR
Periode 2020-2023: dr. Laura Djuriantina, Sp.KFR